Cara Download

Pilih File yang akan di Download, dan Anda akan diarahkan ke adf.ly kemudian tunggu 5 detik dan tekan tombol SKIP AD yang berada di sebelah kanan atas monitor anda

Kamis, 17 Desember 2009

Melihat Peninggalan Situs Macan Putih di Kecamatan Kabat

ASLI : Beberapa peninggalan sisa Kerajaan Macan Putih yang masih tersisa di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi.

Peninggalan Kerajaan Macan Putih ternyata masih tersisa di Kecamatan Kabat, Banyuwangi. Prihatin banyaknya situs peninggalan tersebut, para siswa SMAN 1 Giri melakukan penelitian aset berharga tersebut.
Mencari lokasi Desa Macan Putih yang terletak di Kecamatan Kabat Banyuwangi, tidak terlalu sulit. Lokasinya mudah dicari, malahan dulu ada simbol patung macan berwarna putih di jembatan Tambong yang kini sudah tidak ada lagi. Macan putih memang nama yang sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Banyuwangi. Selain peninggalannya yang sangat banyak dan cukup dikenal, lokasi itu juga dulu diduga merupakan pusat Kerajaan Blambangan.
Bahkan tahun 2007 lalu, diresmikan monumen perjuangan Prabu Tawang Alun. Tempat bersejarah di sekitar lokasi itu juga ikut diresmikan, seperti pintu gerbang di Desa Laban dan pembangunan musala yang merupakan tempat muksa sang macan putih di Dusun Pelecutan. Harimau putih ini dikisahkan merupakan sosok pendamping setia sang Prbau Tawang Alun.
Sementara itu, menggunakan kendaraan roda dua, rombongan siswa SMAN 1 Giri bersama dengan Forum Peduli Sejarah Tawangalun melakukan penelitian di daerah tersebut. Meski dengan peralatan seadanya, mereka tetap berusaha mencari sisa-sisa kerajaan Blambangan di masa Prabu Tawang Alun II.
Waktu sehari yang ditentukan oleh guru sejarah, tidak menyurutkan mereka untuk menggali sisa-sisa peninggalan kerajaan tersebut. Sebanyak 39 siswa itu tidak menyia-nyiakan metode pembelajaran outdoor itu. Selama sehari di sana, mereka rela belepotan tanah, mencangkul hingga mengeruk tanah untuk menemukan sisa peninggalan sejarah. Hasil kerja keras mereka ternyata membuahkan hasil. Mereka menemukan benda yang mirip patung yang terbuat dari batu putih, mengandung kapur atau batu padat dari lava dan tanah liat.
Selain itu, mereka juga menemukan batu bata yang memiliki tebal 10 centimeter, lebar 19 centimeter dan panjang 45 centimeter. Tak ayal, begitu menemukan peninggalan –peninggalan tersebut dengan cekatan mereka langsung mengambil kamera dan memotret. Tidak hanya itu, para siswi langsung mengambil buku dan pena. ‘’Nanti kita akan membuat laporan dan diserahkan kepada sekolah. Ini sebagai bukti bahwa pelajar tidak hanya sekadar belajar. Tetapi bagaimana ikut melestarikan sejarah,’’ kata Rudi, salah satu siswa SMAN 1 Giri.
Guru sejarah SMAN 1 Giri, Suhalik mengatakan, sebagai warga Banyuwangi, kita prihatin dengan semakin banyaknya situs istana Macan Putih. Banyak juga peninggalan yang sangat berharga habis karena dicuri. Selama ini, pemerintah kurang peduli terhadap pelestarian situs-situs kebesaran kejayaan Blambangan.
Tidak hanya pemerintah, yang dianggap kurang peduli. Suhalik mengakui, rendahnya kesadaran masyarakat sekitar terhadap arti penting situs sejarah untuk mencari identitas dan kebanggaan daerah. Tahun 1971, terjadi paceklik di lokasi tersebut selama satu tahun gagal panen akibat serangan hama wereng. Sehingga, masyarakat Macan Putih menjadi kelaparan. Mengatasi rasa kelaparan, akhirnya masyarakat menjarah puing-puing kekayaan bekas situs Macan Putih banyak.
Mereka juga menumbuk batu bata menjadi pengganti semen. Namun tidak untuk dimakan, melainkan untuk dijual. Karena harganya sangat menggiurkan. ‘’Bahkan oknum yang tidak bertanggung jawab juga turut andil. Mereka menjualnya Rp 100 ribu per biji batu bata itu,’’ jelasnya.
Suhalik berharap, temuan ini bisa ditindaklanjuti oleh instansi yang terkait terutama lembaga Arkeologi Nasional untuk mengadakan rekontruksi keberadaan sejarah Macan Putih. Selain itu, pemkab diharapkan bisa membebaskan tanah milik rakyat dengan ganti untung yang tidak merugikan masyarakat. ‘’Setelah ini, bisa digunakan untuk pusat informasi untuk kegiatan ilmiah dan pariwisata karena hal itu sangat penting bagi generasi muda,’’ pungkasnya.
Ketua Forum Peduli Sejarah Tawangalun, Fatah Yasin Noor mengaku bangga dengan kepedulian pelajar Banyuwangi kepada situs peninggalan sejarah di Bumi Blambangan. Saat ini, semua orang sibuk dengan kepentingan masing-masing. Sehingga peninggalan sejarah yang sangat berharga, mereka sisihkan. ’’Kalau tidak kita-kita lagi, siapa yang nanti akan menuliskan sejarah tempat tinggal kita,’’ pungkasnya. (bay)

FOTO: SMAN 1 Giri For Radar Banyuwangi


Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Premium Download

RS-MU-MS-ES-MV-MP-HotFile-NetLoad.in-Uploading.com

Blog SpeedTes

Your domain(s): Enter each address on a new line (Maximum 3)
 
(Sample: http://cldr-electr.blogspot.com/)